Kabar Daerah

Perpustakaan Daerah Sebagai Pusat Budaya Literasi

Oleh : Dian Wahyudi, ST (Anggota Fraksi PKS DPRD Lebak)

Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak membangun Perpustakaan Daerah (Perpusda) yang representatif di pusat kota Rangkasbitung memberi kabar kembira bagi para penggiat Literasi di Lebak. Telah diberi nama pula dengan sebutan Perpustakaan Saija Adinda, mengambil salah satu kisah dan tokoh dalam buku karangan Max Havelaar, dibangun oleh Pemkab Lebak di bekas gedung Pendopo Kewedanaan di Alun-alun kota. Desainnya yang futuristik semakin bertambah kesan sambutan selamat datang kepada para intelektual muda Lebak. Dan semoga hadirnya perpustakaan ini hadir pula Perpustakaan modern dengan koleksi buku yang lengkap, populer serta humanis.Penulis berharap, semoga wajah baru Saija Adinda ini dapat menjadi sarana untuk membangkitkan kembali semangat membaca masyarakat, sebagai modal awal menuju Kabupaten Lebak yang maju.

Kehadiran perpustakaan yang modern ini tidak akan berdaya dalam meningkatkan budaya membaca masyarakat, jika pemerintah berjalan sendiri. Perlu kerjasama semua pihak, dengan berbagai upaya diantaranya melengkapi koleksi perpustakaan dengan buku-buku yang menarik, bernilai edukatif, lengkap, dan populer.Peradaban dan berkembangnya budaya positif sebagaimana kita pahami sangatlah penting. Sejarah telah membuktikan, pembangunan peradaban manusia di mulai dari tegaknya budaya membaca. Perhatikan fenomena, bagaimana Allah membangun peradaban Islam, dengan mengawali turunnya ayat berupa perintah membaca, Iqra (Q.S Al Alaq : 1). Membaca yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah membaca yang tersurat (berupa tulisan), dan membaca yang tersirat (pelajaran/hikmah dari kejadian di alam semesta).

Ke depan, semoga Perpusda dapat melengkapi koleksi buku, melalui penganggaran dari anggaran daerah, atau dapat pula direalisasikan dengan banyak cara, bisa dengan mengangkat Program Donasi Buku, Wakaf Buku dari berbagai sumber. Mengelola dana-dana Kepedulian Sosial Perusahaan (CSR) dari perusahaan-perusahaan di Lebak, mengarahkannya dalam bentuk buku yang disumbangkan untuk perpustakaan daerah. Bekerjasama dengan Toko Buku, penerbit, bahkan Penulis Buku.Program menghimpun buku bisa juga melalui program “One Man One Book”, bagi masyarakat Lebak yang ingin menyumbang buku, atau bagi para “perantau Lebak” yang ingin berkontribusi. Sosialisasikan Lewat Media Sosial. Untuk “Urang Lebak” agar dapat menyisihkan rezeki nya untuk menyumbang satu buku, demi memajukan tanah kelahirannya, Kabupaten Lebak.

Sebagai salah satu bukti cintanya pada tanah Lebak. Insya Allah semoga dapat direspon dengan baik.Selain daya tarik melalui koleksi buku-bukunya, setting serta interior perpustakaan yang terkesan humanis, dapat menjadi magnet tersendiri bagi para calon pengunjung.

Promosi dan sosialisasi lahirnya kembali perpustakaan Saija Adinda sebagai perpustakaan modern, lengkap, edukatif, dan humanis, harus secara masif dilakukan terhadap seluruh lapisan masyarakat. Segmen yang di utamakan adalah siswa, mahasiswa, guru/dosen dan awak media.Pemerintah daerah dan pengelola perpustakaan dapat mengundang pihak ketiga sebagai mitra dalam melakukan promosi, sosialisasi, maupun peningkatan jumlah koleksi pustaka.

Berbagai program bisa diselenggarakan untuk tujuan di atas, sekaligus meningkatkan jumlah kunjungan ke perpustakaan.Atau dapat pula sosialisasi berupa kunjungan pengelola ke sekolah-sekolah/kampus, tempat keramaian (menyebar brosur), bahkan ke kantor-kantor pemerintah. Hal ini bertujuan untuk membuat masyarakat “ngeuh” dengan keberadaan perpustakaan dan dapat memanfaatkan perpustakaan ini dengan baik.Program lain dengan mengundang siswa-siswa di berbagai level pendidikan. Lakukan undangan kunjungan berkala, atau bekerjasama dengan guru mata pelajaran terkait berkunjung ke perpustakaan sesuai tema pembelajaran yang sedang berlangsung. Undang juga pihak sponsor untuk menyediakan doorprize bagi pengunjung perpustakaan yang spesial.

Menyelenggarakan lomba di Perpustakaan, bisa juga dijadikan sebagai trik untuk menghadirkan pengunjung perpustakaan. Lomba yang dimaksud dapat berupa lomba menulis, membaca puisi, menulis resensi buku, dan lain lain. Dengan adanya lomba ini minimal peserta lomba, juri, official (pendamping lomba), pers, yang hadir dalam acara lomba, bisa menjadi promotor di kemudian hari untuk mendatangkan pengunjung lain ke perpustakaan.Kegiatan menarik lain yang bisa dilakukan di perpustakaan antara lain, mengadakan seminar, diskusi ilmiah, bahkan jumpa Fans, dengan mendatangkan pemain-pemain Film terbaru yang sedang populer. Bisa juga dengan mengadakan Bedah Buku Bestseller. Jumpa Penulis buku juga satu hal yang menarik, untuk merangsang jiwa menulis. Sejatinya, banyak jalan menuju Roma, banyak cara yang bisa kita lakukan untuk membuat masyarakat melek baca dan cinta Perpustakaan.

Ketika semua elemen masyarakat bergerak untuk membangkitkan budaya membaca, peduli dengan “aset” daerahnya berupa perpustakaan, dapat dibayangkan, di masa yang akan datang, Perpustakaan ini akan menjelma menjadi tempat Pusat perhatian baru.Jika masyarakat, terutama anak mudanya sudah “dekat” dengan perpustakaan, dengan segala aktifitas didalamnya, terutama membaca, menulis, berdiskusi, maka memulai membangkitkan Budaya Literasi di Kabupaten Lebak adalah sebuah keniscayaan.

Menggeliatnya denyut nadi kehidupan perpustakaan Saija Adinda dimasa depan diharapkan dapat meningkatkan gairah masyarakat untuk memulai menerapkan Budaya Literasi sebagai modal awal membangun peradaban yang lebih maju.Jika dikelola dan dikawal dengan baik dan konsisten, kegiatan- kegiatan ini dimungkinkan bukan hanya sebagai rutinitas, namun juga dapat membuahkan prestasi.Ah, betapa membanggakannya sekarang Rangkasbitung memiliki tempat nongkrong baru. Menjadi Base Camp buat anak muda yang cerdas, kreatif, tapi tetap mencerminkan jiwa religius, sebagai identitas warga Lebak.Hidupnya aktifitas di Perpustakaan, dapat dijadikan barometer hidupnya budaya Literasi di suatu tempat. Karena, salah satu indikator tingginya budaya Literasi di suatu daerah, dapat dilihat dari seberapa banyak jumlah kunjungan ke perpustakaan di daerah itu. Diharapkan pula Perpustakaan Saija Adinda dapat menjadi Destinasi Wisata baru yang dibanggakan. Disandingkan dengan Museum Multatuli yang lokasinya memang bersebelahan. Wallahu ‘alam bishawab.

 

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button