Tidak Lagi dari Jarum Suntik, Penularan HIV/AIDs di Banten Melalui Seks Bebas
Tangerang (4/1) – Hal itu terungkap saat rapat yang diselenggarakan anggota DPRD Komisi V bidang Kesejahteraan Rakyat dengan Sekretaris KPA (Komisi Penanggulangan AIDs) Banten, dr. Encep Mukardi MARS. Dijelaskan Ir. Hj. Tuti Elfita, MSI, anggota komisi V DPRD Provinsi Banten yang membidangi Kesejahteraan Rakyat, saat ini di Banten jumlah penderita HIV dan Aids berjumlah 5397 penderita, urutan ke 11 dari seluruh propinsi Indonesia. “Yang tertinggi di DKI Jakarta. Banten sebagai wilayah terdekat dengan DKI harus membuat strategi supaya penderita HIV/AIDs tidak terus bertambah,” terang Tuti Elfita. Rabu, 3/1/2018
Para penderita HIV/Aids terdiri dari pengguna narkoba suntik (penasun), wanita pekerja seks (WPS), waria, dan LSL (lelaki seks lelaki). Penderita terbanyak terdapat di Kabupaten Tangerang yang jumlahnya lebih dari seribu penderita. Dari data jumlah LSL (gay) berlipat, mencapai lebih dari 2 ribu. Dari data KPA Banten, terungkap penularan HIV/AIDs tidak lagi melalui jarum suntik, melainkan seks. Terungkap pula, banyak ditemukan kumpulan kelompok LGBT dari mulai usia sekolah menengah pertama (SMP). “Mereka mebuat kelompok gay atau lesbi yang namanya disamarkan,” tambah Tuti Elfita, yang juga sekretaris fraksi Keadilan Sejahtera.
Tentang anggaran APBD Propinsi Banten untuk KPA tahun 2017 sebesar 2 milyar. Sayangnya, tahun ini menjadi hanya setengahnya saja yakni 1 milyar. “Komisi 5 akan mendorong agar ada tabahan anggran yang nanti bisa digunakan untuk mencegah agar penderitaHIV/AIDs dan perilaku penyimpang di kalangan pelajar. Selama ini KPA membutuhkan banyak dana untuk melakukan pendataan, pendampingan, tes, advokasi, bagi penderita. Tapi apa yang mereka lakukan masih jauh dari cukup untuk memberantas penyakit mematikan ini.
Odha (orang dengan HIV/AIDS itu seperti gunung es, di atas terlihat kecil, tadi dibawah menggurita. Penderita Odha datang secara sukarela. Bagaimana yang tidak mau datang, pasti lebih banyak lagi.” Tekan Tuti, “Mereka generasi penerus yang harus diselamatka. Jangan sampai tertular atau menjadi korban dari orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang,” pungkasnya.