Kisah Relawan PKS, Jalan Kaki Lima Kilo Meter Lewati Gunung Dan Jalan Berlumpur
Lebak – Relawan PKS Lebak selatan yang dipimpin Harun Arrasyid berangkat menuju tempat kejadian musibah banjir dan longsor di Kabupaten lebak. Kali ini rute perjalanan menuju lokasi bencana tanah longsor melalui warung Banten-Desa Cirotan- Desa Citorek- Desa Majasari- Desa Ciladaeun.
Sementara relawan PKS kabupaten lebak dan Relawan PKS Banten sejak hari pertama kejadian langsung bergerak menuju setiap tempat kejadian, bahkan pelosok yang belum terjamah relawan lainnya.
Sampai posko utama di Kecamatan Lebak Gedong Harun Arrasyid langsung berkoordinasi dengan pengelola posko dan mendapat informasi bahwa masih ada satu desa terisolir yaitu Desa Lebak Situ, Desa yang terisolir karena satu-satunya jalan menuju desa tersebut hanya dari Desa Ciladaeun naik gunung sekitar 5 (Lima) kilo meter. Sementara untuk menuju lokasi bencana, sebagian tebing masih terjadi longsor dan sebagian lagi masih tertimbun longsoran. Ujarnya, Senin 6/1/2020.
Masih sangat riskan melewati jalan tersebut terlebih saat gerimis atau hujan. Sehingga dalam tiga hari pertama masih di sarankan relawan atau masyarakat jangan melalui lokasi bencana tersebut. Karena memang tidak ada sama sekali jalur lain selain melewati tumpukan lumpur material longsor dan melewati tebing-tebing sisa longsoran yang sewaktu-waktu terjadi longsor susulan atau bebatuan yg ambrol.
Akhirnya Harun dan rombongan relawan PKS memutuskan untuk menembus desa tersebut karena mendengar penjelasan bahwa mereka sudah kehabisan bahan pangan dan obat-obatan.
Sampai pukul 09.30 WIB kami berangkat dari ciladaeun diiringi sedikit gerimis. Banyak yang menyarankan untuk tidak berangkat dulu karena melihat cuaca yang masih buruk. Tapi Harun berfikir bagaimana mendapatkan informasi yang utuh secara cepat jika tidak langsung di datangi. Sementara alat komunikasi, transportasi dan penerangan lumpuh total.
Subhanallah perjalanan yang membutuhkan tenaga extra, nekat, berpacu dengan cuaca agar jangan sampai keburu turun hujan di tengah perjalanan.
Satu Kilometer pertama jalan ciladaeun-gunung julang, jalan cor lebar dengan tanjakan curam masih aman walau ada longsoran kecil dan langsung membuat lelah karena langsun menguras keringat.
Begitu masuk kilometer ke dua, rombongan langsung di sambut jalan yang masih tertutup material longsoran lumpur campur kerikil dan bebatuan besar serta pepohonan yang menghalangi jalan. Begitu terus dan terus bahkan ada 2 titik yang jalannya terputus longsor puluhan meter namun tidak ada pilihan jalan samping kiri kanannya karena kecuraman dinding berbatu, sala-salah bisa langsung terjun ke ujung jurang yang kedalamannya bisa ratusan meter.
Di saat menghadapi medan yang begitu berat, tiba-tiba hujanpun mulai turun. Hatipun mulai ciut terlebih setelah warga setempat utusan jaro untuk menjemput logistik ke posko ciladaeun yang dikirim sampai ujung jalan, mereka menyarankan agar kami segera meninggalkan jalan yang masih terjadi longsor untuk mengurungkan niat atau menunda mengirimkan bantuan.
Masya Allah, saat tenaga sudah lelah, sementara jalanpun sudah tidak bisa cepat karena terkendala kondisi jalan yang llicin, lumpur yang dalam, jantung berdetak semakin kencang kami terus merayap sambil tetap waspada dan berpikir keras jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan sampai pada kesimpulan kalaupun harus terjadi maka terjadilah dan kami benar-benar ikhlas menerimanya.
Alhamdulillah akhirnya tepat pukul 12.00 Wib relawan sampai ke kampung pertama. Dengan pakaian belepotan berlumpur dan kaki yang sudah kesemutan dank ram saat jalan, kampung gunung julang satu, kampung dimana disitu tinggal seorang ulama, Kiyai Fahrul Rozi yang penduduknya semuanya satu kampung itu telah di evakuasi ke kampung gunung julang dua karena setiap rumah retak, tanahnya juga retak, walaupun di situ tidak ada rumah yang roboh atau longsor. Kami terus bergerak sampai ke lokasi kampung yang paling parah kampong gunung julang dua.
Disitulah terdapat puluhan rumah yang tertimbun longsor, rata terseret matetial longsor dan rusak berat dan ringan, lalu kami sholat dhuhur di masjidnya yang masih kokoh berdiri. Lalu kami istirahat sebentar, dilanjut menemui kepala desa Tb Imron di balai desa. dan kita gali semua info ke beliau untuk pertimbangan langkah selanjutnya tentang semua yang dibutuhkan.
Beliau mewakili segenap warga desa lebak situ sangat berterimakasih dan menyampaikan bahwa PKS adalah Relawan pertama yang berhasil masuk ke wilayah tersebut. Sebelumnya katanya ada relawan lainnya tapi tidak sampai berhasil masuk melewati jalan yang begitu berat.
Tadinya kita mau nginap disana, tapi saran kepala desa dan tokoh setempat agar kami turun lagi mumpung cuaca hujan reda. Karena dikhawatirkan pagi harinya hujan lagi dan kemungkinan tidak bisa turun. Akhirnya sore hari kita turun dan alhamdulillah maghrib sampai kembali di ciladaeun. di perjalanan pulang barulah kita ketemu tim relawan lainnya yang menyusul masuk. Sementara bantuan logistik kita baru ahad pagi harinya kita serahkan ke warga setelah laporan ke posko utama di ciladaeun.
Perjalanan yg berkesan, waktu sebulan jadi relawan di aceh saat tsunami 2004, 15 tahun lalu, kami tidak menemukan medan berat dibanding ekspedisi ini.
Alhamdulillah ya Robb kami masih bisa menemani saudara-saudara ku yang terkena musibah disana, walaupun yang kami lakukan tidak berimbang mungkin hanya sebutir debu dibanding pengorbanan sudara-saudara kami yang lainnya.
Kami mengucapkan terimakasih kepadaseluruh kader, simpatisan dan masyarakat yang telah menitipkan donasinya lewat PKS. Alhamdulillah sebagian sudah di sampaikan dan Insya Allah seluruhnya akan kita salurkan menyusul secara berangsur. Karena masa pemulihan musibah ini bisa jadi berbulan bulan atau bahkan bertahun-tahun.